Kamis, 17 Desember 2009

TIGA BELAS

Masa kecil yang aku alami memang penuh dengan kebahagiaan. Aku dibesarkan dalam keluarga yang cukup harmonis. Aku memang anak yang dimanja, namun apa mungkin kepribadianku saat ini merupakan akibat dari apa yang aku alami di masa lalu. Memang seh aku harus berpikir realistis karena dulu aku memang anak yang dimanja jadi ya seperti inilah diriku di usiaku yang bukan anak-anak lagi tapi bukan juga seorang remaja.

Namaku adalah Aldira Andika, aku merupakan anak yang cukup beruntung didunia ini. Hidupku tidak begitu sulit dibandingkan dengan anak-anak lainnya yang terlihat tidak bahagia di usianya. Aku tidak pernah membayangkan bahwa apa yang aku alami di usiaku ini menjadi hal yang penting dalam pembentukkan karakterku. Ya mungkin itu memang benar tapi aku sendiri selalu menyangkal hal tersebut seolah-olah aku sudah nyaman dengan semua yang aku miliki. Kau mungkin bertanya-tanya mengapa aku selalu tidak pernah mau tahu dengan apa yang aku kerjakan sekarang, ya entah itu baik atau buruk yang jelas aku hidup hanya untuk bersenang-senang, ya untuk saat ini itulah yang aku alami sekarang. Usia ku memang ada pada masa yang entahlah dikategorikan kemana, yang jelas di usiaku yang ke tiga belas merupakan usia yang bisa cukup menyenangkan karena aku tidak perlu terlalu khawatir untuk memikirkan masa depanku seperti apa dan yang jelas bahwa hidupku tidak mengenal yang namanya kekhawatiran akan suatu hal. Ya, aku tidak perlu terlalu bersalah walaupun sudah melakukan kesalahan yang buruk dan aku pun tidak terlalu memikirkan pujian orang lain meski mungkin aku sudah berlaku sangat baik dengan melakukan suatu kebaikan. Ya, terserah apa yang aku mau lakukan, aku tidak akan terlalu memikirkannya, apa lagi yang bukan menjadi urusanku.

Seperti hari-hari biasanya, aku melakukan sesuatu tanpa aku pikirkan lebih dahulu. Aku mulai berakting kembali sebagai anak jahil yang selalu menggangu teman-temanku. Ya anggap saja ini sebagai kesenangan dari ku, karena memang aku senang dengan kerjaanku yang pastinya membuat semua orang memarahi ku karena mereka merasa aku keterlaluan dalam menajahili mereka, tapi sekali lagi aku ingatkan bahwa aku tidak pernah peduli dengan omelan mereka, asalakan aku bahagia itulah yang akan aku lakukan.

Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah kembali. Setelah libur berhari-hari, yang cukup membuatku bosan dan gila dengan aktifitas ku yang pasif akhirnya aku bisa menemui teman-temanku di sekolah. Di pagi hari aku sudah bersiap-siap merapihkan ranjang tidurku. Dengan senyum manisku, aku sapa saudaraku yang memang tinggal satu rumah dengan ku, ya tentunya satu kamar denganku. Ya dia adalah saudara dekatku yang cukup bisa aku ajak ngobrol meskipun memang kita tidak pernah ngobrol banyak. Walaupun kita satu kamar dan yang pastinya dengan segala hal yang aku miliki merupakan milik bersama tapi tetap saja kami tidak pernah terlibat jauh dengan banyak hal, entah itu urusan pacar, keluarga, atau hal sepele seperti membicarakan film atau kegiatan sehari-hari. Tapi meskipun kami tidak pernah bisa berkomunikasi dengan baik, Ya tetap saja kan dia adalah saudaraku. Kami memang terpaut dua tahun, dan aku memang lebih muda dari nya. Sandi Putra, ya itulah nama saudaraku, dia memang baru menyelesaikan ujian akhir SMP dan sekarang waktunya banyak dihabiskan untuk bermain dibandingkan belajar seperti sebelumnya. Dia tidak cukup mirip denganku, tapi mungkin mungkin perbedaan itu cukup relative mengingat bahwa orang tua kami memang berbeda. Sandi bertubuh lebih kecil dari aku, dia lebih pendek beberapa centi dari aku. Banyak orang seh menganggap saya kagak normal karena postur tubuh saya ini. Aku memang memiliki tubuh yang tinggi dibanding dengan anak-anak seusiaku. Dengan rambut yang tidak cukup berbentuk aku tampak sedikit agak tua tapi banyak juga yang bilang kalau aku tidak bisa menyembunyikan sifat kekanak-kanakanku dan itu terlihat dari wajahku yang masih terlihat childish banget. Ya disinilah letak perbedaan aku dan Sandi. Tapi aku cukup nyaman dia tinggal di rumahku karena itu cukup membuatku tidak terlalu kesepian. Ya, tidak menutup kemungkinan juga kalau dia menjadi sasaran jahilku.Seperti di pagi hari ini.Ya aku memulainya dengan sapaan manisku.

“San, gak skull neh, dah bebas ya?”. Sapaku.

“ya, mau ngapain lagi,Al, ujian kan dah beres semua tinggal nunggu hasil jha”.jawab dia dengan malesnya.

“Ya udah knapa gak bresin rumah aja biar kagak kotor, sekalian ama kamar ini juga”.sapaku dengan sedikit tersenyum.

“Ah males, mending main diluar, bisa refreshing “.jawabnya singkat.

Obrolan kami memang pendek untuk aktifitas di pagi hari. Dari mulai bangun tidur sampai aku sudah bersiap-siap untuk berangkat sekolah, kami hanya melontarkan beberapa sapaan yang menurutku garing banget. Makanya aku sering membuat sedikit kekacauan di pagi hari. Ya biar kagak bosen dan monoton aku sering berbuat jahil ama Sandi. Kali ini ketika dia selesai menjawab pertanyaanku, dia hendak pergi mandi dan bergegas ke kamar mandi. Dia membawa handuk yang sudah aku pakai lebih dulu. Aku memang suka risih kalau barang-barang kami dipakai bersama. Ya langsung aja waktu tadi di kamar mandi tanpa pikir panjang, handuk yang sandi bawa sudah aku penuhi dengan lendir yang aku keluarkan banyak dari hidungku. Kebetulan saja seh aku sedang sedikit flu, jadi mau gak mau aku harus berusaha mengeluarkannya dengan menggunakan handuk sebagai medianya. Tadinya aku memang mau memberi tahu dia agar kagak menggunakan handuk itu, tapi karena aku memang tidak pernah suka dengan hal yang biasa, ya sudah aku biarkan saja dia menjadi sasaran jahil pertamaku di hari senin yang monoton ini. Dan itu cukup menyenangkan bagiku.

Aku gak pernah tahu knapa Sandi bisa mengahabiskan waktu yang lama untuk berdiam diri di dalam kamar mandi. Biasanya dia memang membutuhkan waktu lima belas sampai dua puluh menit untuk menyelesaikan mandi perfectnya itu. Sementara Aku menunggu Sandi menyelesaikan mandinya, aku sudah tertawa-tawa kecil karena membayangkan dia selesai mandi dan menggunakan handuk aku buat membilas seluruh badannya. Pasti bakalan heboh.

Setelah lama menunggu, pintu kamar mandi pun terbuka dengan kerasnya. Dan suara langkah kakipun terdengar melangkah kearahku. Sambil menunggu Sandi mandi aku memang berdiam diri di dalam kamar. Sambil tidur-tiduran aku mulai melirik kearah pintu kamar karena aku tahu Sandi pasti sudah selesai mandi. Tiba-tiba saja langkah kaki itu semakin terasa cepat sampai aku terkaget ketika pintu kamarku didorong dengan kerasnya. Langsung saja aku bangun dan berdiri mengarah ke pintu sambil berteriak.

“hay, yang bener dong, kalau buka pintu,gak bisa pelan apa?”.teriakku sambil mendekati pintu kamar.

“Aldira,apa-apaan ini, handuk bukannya ditaruh kalau kotor malah digantungin di kamar mandi,lihat nih muka bapak jadi penuh sama lendir.”jawab bapakku dengan marah.

“bapak, tapi kan yang pakai handuk itu, ya Sandi dan harusnya kan emang Sandi yang pakai”.sahutku dengan shock.

“Ah, dasar anak nakal, jahil aja kerjaannya, gak ada apa yang lebih penting yang bisa dikerjain, taw gak gara-gara ini bapak harus mandi lagi dan bikin bapak kesiangan, pokoknya kamu hari ini gak bapak anterin”.

Wah dunia tiba-tiba saja runtuh dan seakan-akan semua kebahagiaanku hilang begitu saja. Apa yang saya perbuat, kenapa bisa berantakan di hari pertama saya sekolah. Ini benar-benar membuatku tambah bosan, dipagi hari sudah dimarahi oleh bapak. Ya dengan terpaksa dong saya harus buru-buru pergi ke sekolah sendiri. Sementara bapak ngomel sendiri di kamarnya, saya keluar kamar sambil mencari Sandi. Dari arah belakang tiba-tiba saja ada yang memegang pundakku.

“Al, ko buru-buru amat mang udah kesiangan ya”

“Sandi, kamu lum mandi?,,tapi kan tadi kamu udah bawa handuk aku”.jawabku dengan heran.

“ouw ya tadinya aku mau mandi,cuman kan bapak kamu buru-buru jadi aku dah gak sempat”.jawabnya dengan polos.

“terus knapa bapak aku bisa pakai handuk punya aku?”.teriakku dengan kesal.

“ya, gak tau aku kan sempat naruh itu handuk di kamar mandi jadi yah gak tau kalo bapak kamu pakai juga,mangnya knapa?”

“ehm, ya gak she,,,,cuman,,,,mau mastiin aja,,,,,ko bukan kamu yang pake,,,,tadinya seh aku cuman mau,,?.

“mau apa Al…?”jawabnya dengan heran

Aku sempat berpikir kalau ngomongin ini dah gak ada lagi gunanya, ya sudah aku gak jadi untuk membeberkannya. Tapi Sandi masih tetap penasaran….ya apa boleh buat terpaksa dengan manisnya aku berbohong.

“eah, gak pa-pa ko, cuman mau bilang kalau handuknya masih bisa dipake meskipun ada sedikit ya….ya sedikit kotor lah,,,”

Di pagi hari aku sudah melakukan kesalahan. Tapi itu sih wajar karena aku emang keterlaluan. Masalahnya sekarang bukan lagi tentang handuk, tapi bagaimana caranya agar aku kagak datang terlambat ke sekolah. Aku sempat berpikir sejenak,namun apa yang harus aku pikirkan. Dengan tergesa-gesa kemudian aku menuruni anak tangga satu demi satu. Maklum lah semua sentral kegiatan keluarga di rumah ini ada di lantai dua termasuk kamar aku dan Sandi. Jadi inilah yang terjadi kalau aku benar-benar kesiangan. Terburu-buru sampai aku tidak sempat lagi mengingat-ingat apa saja yang harus aku bawa ke sekolah. Semuanya mengalir bagaikan air, tenang tapi suatu saat bisa menghanyutkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar